![]() |
| Teknologi mRNA |
Artikel ini adalah oleh-oleh seminar penghujung tahun 2025, dengan tema “mRNA Innovation to Implementation: Integrating Science, Regulation, and Global Collaboration”
Teknologi messenger RNA (mRNA) menjadi salah satu terobosan terbesar dalam dunia kesehatan modern. Teknologi mRNA membawa harapan baru bagi masa depan kesehatan global. Setelah digunakan dalam vaksin COVID-19, teknologi ini membuka peluang baru untuk menghadapi berbagai penyakit, mulai dari infeksi baru, penyakit tropis, hingga kanker. Namun, untuk memastikan teknologi ini dapat digunakan secara aman, merata, dan berkelanjutan, diperlukan kesiapan global dan nasional, mulai dari penelitian hingga produksi.
Peluang Besar Teknologi mRNA
International Vaccine Institute (IVI) menyoroti bahwa mRNA memungkinkan pembuatan vaksin jauh lebih cepat dibandingkan teknologi lama. Keunggulannya:
• Cepat dan adaptif: Desain vaksin bisa dilakukan hanya dalam hitungan minggu.
• Serbaguna: Tidak hanya untuk penyakit menular, tetapi juga untuk kanker dan kelainan genetik.
• Aman: Tidak menggunakan virus hidup dan tidak mengubah DNA manusia.
• Bisa diproduksi lebih lokal: teknologi baru seperti BioNTainer memungkinkan produksi terdesentralisasi di berbagai negara.
Teknologi ini juga menghadapi tantangan, seperti skala produksi yang belum besar dan biaya manufaktur yang tinggi. IVI sendiri sedang mengembangkan vaksin dengue berbasis mRNA dan bekerja sama dengan berbagai organisasi global untuk mempercepat riset penyakit berprioritas tinggi.
Sistem Biosekuriti dan Biosurveilans untuk Mendukung Inovasi
Indonesia mampu mengembangkan teknologi tinggi seperti mRNA tanpa mengabaikan keamanan biologis. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menekankan pentingnya keamanan dalam riset mRNA dan bioteknologi. Hal tersebut mencakup:
• Standarisasi laboratorium: mengikuti sistem biosafety dan biosecurity sesuai risiko.
• Manajemen data penelitian: basis data bahan biologis sensitif dan sistem pelacakan.
• Pengembangan sumber daya manusia: pelatihan biosafety, biosecurity, dan fellowship untuk riset biosurveilans.
Menyiapkan Regulasi untuk Produk mRNA
BPOM telah menyiapkan kerangka regulasi untuk memastikan vaksin mRNA lokal aman dan efektif. BPOM berperan memastikan bahwa produk mRNA mengikuti standar internasional sebelum dipasarkan. Melalui skema pengawasan mulai dari:
• Penelitian in vitro
• Uji hewan (non-klinik)
• Izin Penggunaan Penelitian Uji Klinik (PPUK)
• Hingga uji klinis fase 1–3
Standar Global untuk Vaksin mRNA
WHO telah mempublikasikan panduan internasional berjudul “Evaluation of the Quality, Safety and Efficacy of mRNA Vaccines” sebagai pedoman negara-negara dalam menilai dan mengembangkan vaksin mRNA. WHO juga menjalankan program BRIGT Fund, yang mendukung riset dan inovasi teknologi kesehatan, termasuk di Indonesia.
Misi 100 Hari untuk Hadapi Pandemi Berikutnya (jika ada)
Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) menargetkan:
• Dalam 100 hari sejak munculnya patogen baru, dunia sudah memiliki vaksin siap untuk otorisasi darurat.
• 100 hari berikutnya diisi dengan produksi massal dan distribusi yang adil.
Banyak negara mulai menyesuaikan strategi mereka untuk mencapai “Misi 100 Hari” ini. Respons yang cepat dan terkoordinasi sangat penting karena wabah kecil bisa berkembang menjadi pandemi besar. Indonesia jangan sampai ketinggalan.
Menjembatani Riset dan Industri
Universitas Indonesia telah bekerja sama dengan PT Etana Biotechnologies Indonesia untuk mengembangkan vaksin mRNA tetravalen dengue berbasis virus dengue lokal. Kolaborasi ini meliputi: riset dan formulasi vaksin; validasi pra-klinis dan klinis; pengelolaan paten; komersialisasi produk. Riset akademik disinergikan dengan kapasitas produksi industri, hal ini merupakan model kolaborasi ideal untuk inovasi bioteknologi nasional.
Pelajaran dari Vaksin COVID-19 Lokal
Etana berhasil memproduksi AWcorna, vaksin mRNA COVID-19 lokal pertama di Asia Tenggara. Kesuksesan ini memperlihatkan bahwa: transfer teknologi internasional bisa dipelajari dan diadaptasi; Indonesia dapat membangun kapasitas manufaktur mRNA; kolaborasi lintas negara mempercepat hasil riset dan produksi
Mengembangkan Vaksin untuk Patogen Baru
Bio Farma juga meningkatkan kapasitas produksi mRNA dan bekerja sama dengan CEPI, WHO, dan Medicines Patent Pool (MPP). Mereka sebelumnya telah mengembangkan platform untuk mRNA MERS yang menjadi bekal menghadapi penyakit baru lain.
Memperkuat Kapasitas Negara Berkembang
Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) membantu negara-negara berpendapatan menengah dan rendah melalui pelatihan produksi mRNA, transfer teknologi, dan penguatan kapasitas untuk riset serta pengawasan keamanan vaksin. Tujuan tersebut untuk memastikan akses vaksin global yang lebih merata.
Teknologi Baru untuk Produksi mRNA yang Lebih Mudah
Quantoom mengembangkan peralatan dan platform otomatis untuk produksi mRNA, sehingga riset dan produksi dapat dilakukan lebih cepat dan efisien. Teknologi mereka dirancang untuk mendukung negara berkembang membangun kapasitas produksi secara mandiri.
Sumber Pendanaan
Berbagai lembaga internasional menyediakan jalur pendanaan untuk riset dan produksi mRNA nasional, antara lain:
• CEPI
• Bill & Melinda Gates Foundation
• International Finance Corporation (IFC)
• Development Banks
• BRICS STI
• China–ASEAN Innovation Cooperation Fund
Pendanaan ini dapat mempercepat transformasi Indonesia menjadi pusat inovasi bioteknologi di kawasan.
Pandemi Covid-19 yang lalu menjadi alarm penting bagi dunia, khususnya dunia kesehatan. Harapannya, kementerian kesehatan Indonesia dapat mempercepat respons jika terjadi pandemi di masa akan datang. Dengan kolaborasi antara kementerian kesehatan, akademisi, industri, dan organisasi internasional, maka Indonesia memiliki kesempatan besar menjadi pemimpin regional dalam inovasi mRNA.
![]() |
| Proses Vaksin mRNA |



Tidak ada komentar:
Posting Komentar